Selamat Datang Mahasiswa UNJ 2017 : Mulailah Bergerak!
Oleh : Fajar Subhi
Saya ucapkan selamat atas keberhasilanmu menjadi
bagian dari Universitas Negeri Jakarta. Berbagai jalur yang kamu lalui akhirnya
bermuara pada kampus yang sederhana ini. Ada yang memang menjadi keinginan
pribadi, orangtua, bahkan tidak sengaja untuk masuk program studi di
Universitas Negeri Jakarta. Tetapi, bersyukurlah karena tidak semua
saudara-saudari kita diluar sana yang dapat mengenyam pendidikan tinggi.
Universitas Negeri Jakarta (dahulu namanya IKIP
Jakarta), sebuah kampus di Jakarta tentunya yang ada untuk menghasilkan tenaga
pendidik, juga tenaga profesional. Karena pun sejarah Universitas ini berdiri,
untuk mengatasi krisis tenaga pendidik pasca kemerdekaan Republik Indonesia.
“Melalui Keputusan Presiden RI No. 1 tahun 1963 tanggal 3 Januari 1963,
ditetapkan integrasi sistem kelembagaan pendidikan guru. Salah satu butir
pernyataan Keppres tersebut adalah bahwa surat keputusan ini berlaku sejak 16
Mei 1964, yang kemudian dinyatakan sebagai hari lahirnya IKIP Jakarta. FKIP dan
IPG diubah menjadi IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan). FKIP
Universitas Indonesia dan IPG Jakarta diintegrasikan menjadi IKIP Jakarta.
Dalam perkembangan selanjutnya IKIP diberi perluasan mandat untuk mengembangkan
ilmu kependidikan dan non kependidikan dalam wadah universitas. IKIP Jakarta
sejak tanggal 4 Agustus 1999 berubah menjadi Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
berdasarkan Keppres 093/1999 tanggal 4 Agustus 1999, dan peresmiannya dilaksanakan
oleh Presiden Republik Indonesia
pada tanggal 31 Agustus 1999 di Istana Negara.”[1]
Izinkan saya menulis dengan versi pribadi
(sebagai mahasiswa UNJ). Kalau Mas Eko Prasetyo telah menulis secara general untuk
menyambut mahasiswa baru berjudul “Selamat Datang Mahasiswa Baru” yang termuat
dalam website www.indoprogress.com .
Saya cukup menspesifikasikannya dalam konteks UNJ.
Sekali
lagi, selamat datang dik, Mahasiswa UNJ 2017. Kamu mau menjadi apa masuk UNJ? Mau
menjadi guru yang sekadar mengajar saja kah? Mau menjadi profesional yang akan
terlena dengan besarnya gaji? Mau menjadi mahasiswa yang lulus 3,5 tahun saja
tanpa berorganisasi? Semangat muda kita jangan sampai terdegradasi oleh zaman.
Ini juga merupakan otokritik bagi saya yang masih mengenyam pendidikan tinggi
dan sebagai mahasiswa yang akan memasuki semester 5. Mau menjadi apa saya? Apa
yang telah saya lakukan untuk UNJ? Ini refleksi untuk kita yang menjadi kakak
bagi mahasiswa baru.
Jangan terlalu dini untuk merayakan sesuatu, karena UNJ
dalam keadaan yang carut marut. Mulailah bergerak untuk kampus kita tercinta.
Kala saya menjadi mahasiswa baru, hati saya tergugah atas makna mahasiswa.
Ketika banyak orang yang bilang bahwa mahasiswa tugasnya hanya kuliah saja,
mahasiswa tidak boleh melakukan aksi dan mengatakan kebenaran didepan
pemerintah, maka dengan lantang kita katakan, mereka salah!
Ketika ada orang-orang di gedung akademik mengatakan
mahasiswa tidak boleh melakukan aksi turun ke jalan dan menyampaikan aspirasi
masyarakat ke depan rektorat hingga istana negara, maka dengan lembut kita
katakan, mereka salah. Ya, sebagai mahasiswa tidak hanya berkuliah di kelas
lalu pulang kerumah dan tidur, begitupun seterusnya. Karena titel mahasiswa
tidak sekadar itu. Mahasiswa ialah berfungsi sebagai Iron Stock, Agent of Change, Social Control dan Moral Force. Maka, untukmu mahasiswa UNJ
2017, bersiaplah memulai bergerak untuk UNJ agar lebih baik.
Pada awal tahun 2016, UNJ digegerkan dengan
dikeluarkannya SK DO yang tertuju pada Ronny Setiawan (Ketua BEM UNJ 2015-2016)
yang dinilai kritis terhadap rektor. Walaupun pada akhirnya SK tersebut dicabut,
kita dapat mengatakan bahwa pimpinan kampus kita takut terhadap kritik
(anti-kritik). Tidak hanya Ronny, beberapa mahasiswa pun mendapat surat
panggilan dari pihak kepolisian.
Beberapa bulan kemudian, ada kebijakan yang dibuat
oleh Rektorat UNJ untuk menaikkan UKT dan menerapkan uang pangkal sebesar 15
juta untuk mahasiswa baru 2016. Tetapi kita tidak diam begitu saja, maka pada
tanggal 30 Mei 2016 ribuan mahasiswa menggeruduk gedung rektor. Aliansi
mahasiswa UNJ berhasil menghapuskan kebijakan uang pangkal dan menurunkan UKT[2]. Andai saat itu
mahasiswa (kakak tingkatmu) diam, mahasiswa UNJ 2016, 2017 dan seterusnya akan
terkena dampak tersebut. Nilai nominal UKT akan (lebih) mahal dan dikenakan
uang pangkal sebesar 15 juta. Inilah fungsi konkrit bergeraknya mahasiswa.
Seiring waktu berjalan, tentu seluruh elemen
berharap UNJ agar menjadi lebih baik. Baik itu secara sikap pemimpinnya juga
secara kualitas UNJ itu sendiri. Tetapi lagi-lagi seorang pimpinan kampus kita,
melaporkan dosen yang kritis terhadapnya.[3]
Selain kasus dosen dipolisikan, banyak sekali kasus
yang harus diselesaikan. Sebut saja sarana dan prasarana yang ada di kampus
kita. Sudahkah layak? Kawan-kawan bisa menilainya sendiri. Bagaimana dengan
transparansi dan tingginya UKT? Apa kabar literasi UNJ? Dan masih banyak lagi.
Maka pada 15 Juni 2017, hampir seribu mahasiswa,dosen dan karyawan yang
tergabung dalam Forum Militan dan Independen (FMI) UNJ melakukan aksi bertajuk
Parade Cinta Rakyat (PACAR) UNJ. [4]
Mahasiswa, mulailah bergerak (lagi). Masa depan
kampus ada ditangan kita juga. Sudah menjadi tanggung jawab rektor, dosen dan
mahasiswa serta seluruh masyarakat UNJ untuk menggapai suatu kampus yang
bermotto Building Future Leader.
Mengikuti organisasi, menjadi mahasiswa ‘syuro’ dan
sebagainya merupakan pilihan. Hal yang terpenting, di dalam diri ini bukanlah
milik pribadi, tetapi milik Tuhan dan ciptaan-Nya (rakyat dan semua). Saran
saya, janganlah sekadar kuliah dan belajar di kelas saja. Cari lingkaran-lingkaran
diskusi di masjid hingga di bawah pohon, ikut dalam organisasi (meningkatkan softskill dan daya kritis) dan lakukanlah perubahan diri agar
lebih baik, kemudian ubahlah kampus kita. Jangan takut untuk melawan
kedzaliman. Mahasiswa, ialah untuk bangsa dan negaranya. Mahasiswa adalah
perubahan itu sendiri. Hidup Mahasiswa!