Oleh : Fajar Subhi[2]
Green Force UNJ, Pasukan Biru FT,
Red Soldier FIS, Pandawa FE, Basis FBS, TAnK Mipa, FGT, dan Spartan FIO
merupakan barisan pergerakan yang secara sistem dan struktur merupakan underbow dari Departemen Sosial-Politik
masing-masing BEM. Green Force sebagai induk atau tim aksi universitas dan
disertakan oleh tim aksi fakultas sebagai partner dalam bergerak. Secara kinerja,
satu sama lain saling berkoordinasi dalam bergerak.
Sebagai tim aksi, seyogianya kita
lebih menguasai isu yang kini beredar hangat disekitar kita dan wawasan
mengenai pergerakan itu sendiri. Caranya, dengan rutin membaca dan berdiskusi. Kawan-kawan
pun punya idola tersendiri mengenai buku yang membahas pergerakan (mahasiswa).
Tiada salahnya untuk membaca buku berbau kiri hingga kanan. Tinggal bagaimana
kita sebagai mahasiswa bersikap bijak dalam memandang suatu isu dan bisa
berbaur dengan kelompok-kelompok diskusi agar memperkaya wawasan kita mengenai
isu dan pergerakan.
Izinkan penulis untuk memfokuskan isu dalam hal
perkuliahan yakni permasalahan isu kampus. UNJ yang saat ini viral di berbagai
media mainstream karena dilanda banyak kasus. Sebut saja dugaan (kuat)
plagiarisme, KKN, dan lain sebagainya. Disertakan dengan sikap Rektor yang
begitu represif terhadap siapapun yang mengkritisinya.
Pertama, kasus Nepotisme yang dilakukan oleh Djaali.
Apa itu Nepotisme? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nepotisme
merupakan kecenderungan untuk mengutamakan (menguntungkan) sanak saudara
sendiri, terutama dalam jabatan, pangkat dilingkungan pemerintah. Berikut data
disajikan :
“Nurjannah yang
merupakan anak kandung Djaali selaku Rektor UNJ. Nurjannah menjabat sebagai
Kepala studi wanita dan perlindungan anak dengan SK No. 1197/SP/2016
ditandatangani Rektor UNJ Djaali pada 20 Oktober 2016. Kedua, Baso Maruddani
yang merupakan anak kandung Djaali menjabat sebagai Staf Pengelola Keuangan UNJ
SK No.20/SP/2017 ditandatangani Rektor UNJ Djaali pada 12 Januari 2017. Ketiga,
Bazzar Ari Mighra yang merupakan menantu Djaali dan menjabat sebagai Dosen di
fakultas ilmu olahraga, menjadi PNS pada 1 Januari 2017 berdasar SK
No100258/A21/KP/2016.”[3]
Kedua,
kasus plagiarisme yang terjadi pada pascasarjana. Apa itu Plagiarisme? Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), plagiarisme ialah penijplakan yang
melanggar hak cipta. Tim Evaluasi Kinerja Akademik (Tim EKA) Kemenristekdikti
menemukan 5 disertasi terindikasi plagiat para pejabat Provinsi Sulawesi
Tenggara. Berikut nama-nama pejabat Sulawesi Tenggara yang terindikasi plagiat
(dimuat pada Tirto.id) :
1. Nur
Alam (Gubernur dan tersangka korupsi KPK)
2. Nur
Endang Abbas (Kepala Badan Kepegawaian Daerah)
3. Sarifuddin
Safaa (Asisten 1 Sekretaris Daerah)
4. Muhammad
Nasir Andi Baso (Kepala BPPD)
5. Hado
Hasina (Kepala Dinas Perhubungan)
Kampus yang seyogianya menjadi
ruang akademik yang suci dan bebas dari KKN, kini tengah terjadi praktek
Nepotisme dan Plagiarisme. Selama ini, mahasiswa kurang menunjukkan taringya
dalam menanggapi isu kampus (terakhir pada saat aksi penghapusan kebijakan uang
pangkal tahun 2016). Kita memang harus selalu mengkawal isu eksternal, tetapi
tanpa lupa bahwa permasalahan di kampus kita sangat urgent. Sehingga beredar stigma yang mengatakan “Tajam di luar,
tumpul di dalam”.
Kita tidak bisa menolak itu karena hal
tersebut merupakan penilaian masyarakat terhadap kita. Biarlah kita terima
kritik dan mari introspeksi diri. Lihat saja diberbagai media, selalu muncul
nama “Aliansi Dosen UNJ”. Seakan mahasiswa begitu bungkam dalam menanggapi ini.
Tetapi ada satu tulisan yang muncul di media mainstream dan merupakan bentuk
perlawanan dari mahasiswa terhadap pernyataan miring Djaali (oleh Aulia, Fajar
dan Roushan).[4]
Kemana
kita wahai mahasiswa? Ketika UNJ sedang bobrok seperti ini kita lupa akan peran
kita sebagai mahasiswa (red: social
control). Ketika BEM serentak menggunakan motto yang dicantumkan pada
banner untuk menyambut mahasiswa baru “Selamat Datang di Kampus Pergerakan
Intelektual”. Patut dipertanyakan, dimana letak pergerakannya? Sudahkah menjadi
intelek? Biarkan masyarakat di sekitar kita yang menilai. Tiada yang salah
dengan motto tersebut. Hanya saja, mari buktikan kalau UNJ benar-benar Kampus
Pergerakan Intelektual!
Mari rapatkan barisan, sumbangsihkan
seluruh apa yang kita miliki agar UNJ terbebas dari permasalahan KKN, Tata
Kelola yang bobrok dan sebagainya. Anda bisa menulis? Menulislah. Anda punya
massa? Kerahkanlah. Anda punya iman? Bergeraklah! Sungguh iman kita
dipertanyakan kalau diri ini masih diam dengan adanya kezaliman yang terjadi di
UNJ. Karena pun kita (tertuju bagi yang beragama Islam) disebut oleh Allah “
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh pada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”.[5]
[1] Tulisan
ini digunakan untuk memantik kongkow punggawa tim aksi se-UNJ dan bergerak dalam
memperbaiki UNJ
[2] Penulis merupakan
punggawa tim aksi Red Soldier dan Green Force UNJ
[3] Baca :
Jawa Pos terbitan 6 September 2017 pada halaman 2
[4] Baca :
Jawa Pos terbitan 6 September 2017 pada halaman pendidikan
[5] Q.S. Ali
Imran : 110