Selasa, 30 Mei 2017

Resume Buku : Aksi Massa (Tan Malaka)

Aksi Massa (dalam Konteks Keindonesiaan)
Oleh : Fajar Subhi

            Revolusi merupakan penciptaan dari berbagai macam keresahan. Timbul dengan alamiah dan spontanitas. Dalam hal ini dalam rangka menghancurkan suatu aristokrasi yang mempertahankan hak-haknya, sebagai contoh Revolusi Borjuasi yang tergulingnya Raja Prancis. Revolusi menciptakan kekuatan moral dan mengentaskan kelaliman untuk mencerdaskan pikiran serta mendirikan masyarakat baru.
            Indonesia memiliki riwayat yang abstrak. Sulit sekali menemukan sifat kebudayan bangsa Indonesia yang asli. Hindu, Buddha dan Islam adalah produk impor. Indonesia didesak oleh bangsa Tionghoa dan Hindu yang melarikan diri ke nusantara. Menggunakan vintas (perahu) untuk mengarungi pulau-pulau yang ada di Indonesia. Tetapi, hal tersebutlah yang menyebabkan bangsa Indonesia mengenal dunia luar dan mengalami keterbukaan.
            Empu Sedah, Tarunajaya dan Diponegoro ialah tokoh yang saat itu menentang pemerintahan Belanda. Empu Sedah dengan pesimistisnya meramalkan bahwa yang akan memimpin mereka ialah orang asing, dan itu pun terjadi (dipimpin oleh Mas Garendi yang berketurunan Tionghoa-Jawa). Masuknya paham Islamisme yang dibawa oleh Malik Ibrahim (1419). Tarunajaya berada dalam keadaan genting, ia berdiri diantara Raja, Belanda dan kawan lamanya. Sedangkan Diponegoro, melawan dengan cara jihad dibantu oleh Kyai Mojo -dengan perjuangan- kaum borjuasi Islam-Jawa yang menentang kapital Barat yang disokong oleh satu kerajaan yang hampir tenggelam (Mataram). Dengan ini riwayat Indonesia pun masih abstrak, tetapi memang harus lepas dari imperialisme.
            Lalu sebenarnya imperialisme apa yang menjajah Indonesia? Yakni imperialisme autokratis, yaitu yang dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia dengan menetapkan aturan-aturan atau semacam pasal. Indonesia kini dan nanti, merupakan kejadian yang semata-mata ialah perbuatan manusia Belanda. Tatkala Belanda mengarahkan kapal pembajaknya ke Indonesia, waktu itu negeri mereka hanyalah negeri tani dan warung kopi kecil-kecil.
            Kapitalisme di Indonesia tergolong masih muda. Dalam hal industri, indsutri pertanian masih tetap terbatas di Jawa dan di beberapa tempat di Sumatera. Kapitalisme memisahkan antara desa dan kota. Di kota tempat memproduksi suatu barang, sedangkan di desa tempat sumber daya alam yang diangkut ke kota. Pada tahun 1790 di kota-kota berdiam 3,4% dan di desa-desa 96,6 % penduduk dari total seluruh penduduk, dan pada tahun 1920 menjadi 51% dan 49%, salah satu contoh (data) yang membuktikan secara nyata pada kita perihal kemajuan kota-kota Amerika, sebagai akibat kemajuan industrialisasi (The Relation Government to Industry, M.L Reg ua). Pun, kapitalisme di Indonesia tidak dilahirkan oleh cara produksi bumiputra, melainkan dipergunakan untuk kepentingan asing.
            Aksi massa merupakan perwujudan atas merubah keadaan sosial rakyat Indonesia. Dimula dengan suatu kemelaratan dan kegelapan suatu masyarakat itu sendiri. Biasanya, untuk masyarakatnya sendiri terbebani dengan pajak dan yang menjadi buruh justru diupah dengan gaji yang minim. Sampai saat ini pun Indonesia masih belum mengenal hak atas kepemilikan yang kita (Indonesia) miliki. Kelaliman dan perbudakan sering terjadi, pun dengan aspirasi rakyatnya yang tidak didengar. Sangat terlihat ketimpangan  sosial di Indonesia, ketika dahulu keuntungan besar dari gula, minyak, karet, kopi, teh dan lain-lain mengalir ke Eropa (Belanda). Indonesia hanya dijadikan alat hisap untuk Belanda menanamkan kekayaan. Politik pun masih belum kepemilikan untuk masyarakat umum. Seyogyanya ketika dalam rapat mempunyai hak yang sama antara lelaki dan perempuan. Hanya undang-undanglah yang berkuasa. Dewan rakyat pun tidak dapat memiliki peran perwakilan untuk rakyat banyak.
            Dengan itu, maka akan terjadinya Revolusi. Namun, revolusi Indonesia berbeda dengan yang lain. Menentang feodalisme dan kelaliman jajah oleh bangsa Belanda yang menindas dan menghina mereka. Pada umumnya bangsa Indonesia tampak modern dengan kapitalismenya, namun kuno dengan secara pikirannya. Putch, suatu aksi gerombolan kecil dan tak berhubungan dengan rakyat. Aksi seperti ini tidak akan ada hasilnya. Dibutuhkan aksi massa yang terencana akan memperoleh kemenangan. Tidak mengenal fantasi kosong dan ini berasal dari orang banyak yang menyadari bahwa kemelaratan semakin besar dan siap mengalami (suatu) kekerasan. Dengan aksi ini perjuangan kita dapat dijaga, pemimpin boleh berjalan sekian  jauh menurut kepatutan yang perlu. Membutuhkan pemimpin yang revolusioner, cerdas, tangkas, sabar dan cepat. Pun menguasai mengenai wawasan sosial politik.
            Berdirinya BO, NIP dan SI merupakan upaya-upaya pra kemerdekaan. Kesatuan dalam aksi masih belum tercium aromanya dalam upaya memerdekakan Indonesia. Memiliki kepentingan masing-masing. Dalam aksi –massa yang konsisten atas- kita tidak dapat dibatasi seperti halnya memerdekakan Indonesia. Lebih dari hal itu, aksi massa dalam memiliki rasa tanggung jawab terhadap Indonesia pun penting. Ini merupakan lanjutan dari aksi massa bagaimana kita dapat (benar-benar merdeka) mensejahterakan masyarakat Indonesia tanpa ketergantungan (secara kolot) dengan  bangsa lain (Belanda khususnya). Tetapi, dalam hal menuntut ilmu di negeri Belanda (barat) tidak masalah. Memang harus diakui bahwa sistem pendidikan disana sangat baik.

            Teruntuk kaum revolusioner harus mempersiapkan barisan secepatnya, dalam menanggapi kasus-kasus yang terjadi. Tunjukkan bahwa merdeka ialah bukan hanya sekadar kata yang terucap dari mulut. Merdeka ialah ketika dapat menyampaikan materi dan ide, kebuktiannya dalam mencintai negaranya agar dapat merdeka secara hakiki. Bagaimana kalau kita yang merupakan angkatan revolusioner? Bersiap, kita tuntun massa yang rugi-dirugikan (karena ketidakadilan pemerintah) untuk merapat dalam panji revolusioner dan menghadang autokratis (dan sejenisnya). Karena aksi massa akan terjadi karena kepentingan bersama dan memiliki perasaan yang sama. Jaga tanah air ini, dengan segala yang kita miliki hingga jiwa taruhannya. Rapatkan barisan, karena dengan bersama akan menjadi kokoh dan massif dalam menuntut kemerdekaan yang hakiki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar