Aksi Massa (dalam Konteks
Keindonesiaan)
Oleh :
Fajar Subhi
Revolusi
merupakan penciptaan dari berbagai macam keresahan. Timbul dengan alamiah dan
spontanitas. Dalam hal ini dalam rangka menghancurkan suatu aristokrasi yang
mempertahankan hak-haknya, sebagai contoh Revolusi Borjuasi yang tergulingnya
Raja Prancis. Revolusi menciptakan kekuatan moral dan mengentaskan kelaliman
untuk mencerdaskan pikiran serta mendirikan masyarakat baru.
Indonesia
memiliki riwayat yang abstrak. Sulit sekali menemukan sifat kebudayan bangsa
Indonesia yang asli. Hindu, Buddha dan Islam adalah produk impor. Indonesia
didesak oleh bangsa Tionghoa dan Hindu yang melarikan diri ke nusantara.
Menggunakan vintas (perahu) untuk mengarungi pulau-pulau yang ada di Indonesia.
Tetapi, hal tersebutlah yang menyebabkan bangsa Indonesia mengenal dunia luar
dan mengalami keterbukaan.
Empu
Sedah, Tarunajaya dan Diponegoro ialah tokoh yang saat itu menentang
pemerintahan Belanda. Empu Sedah dengan pesimistisnya meramalkan bahwa yang
akan memimpin mereka ialah orang asing, dan itu pun terjadi (dipimpin oleh Mas
Garendi yang berketurunan Tionghoa-Jawa). Masuknya paham Islamisme yang dibawa
oleh Malik Ibrahim (1419). Tarunajaya berada dalam keadaan genting, ia berdiri
diantara Raja, Belanda dan kawan lamanya. Sedangkan Diponegoro, melawan dengan
cara jihad dibantu oleh Kyai Mojo -dengan perjuangan- kaum borjuasi Islam-Jawa
yang menentang kapital Barat yang disokong oleh satu kerajaan yang hampir
tenggelam (Mataram). Dengan ini riwayat Indonesia pun masih abstrak, tetapi
memang harus lepas dari imperialisme.
Lalu
sebenarnya imperialisme apa yang menjajah Indonesia? Yakni imperialisme
autokratis, yaitu yang dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia dengan
menetapkan aturan-aturan atau semacam pasal. Indonesia kini dan nanti,
merupakan kejadian yang semata-mata ialah perbuatan manusia Belanda. Tatkala Belanda
mengarahkan kapal pembajaknya ke Indonesia, waktu itu negeri mereka hanyalah
negeri tani dan warung kopi kecil-kecil.
Kapitalisme
di Indonesia tergolong masih muda. Dalam hal industri, indsutri pertanian masih
tetap terbatas di Jawa dan di beberapa tempat di Sumatera. Kapitalisme
memisahkan antara desa dan kota. Di kota tempat memproduksi suatu barang,
sedangkan di desa tempat sumber daya alam yang diangkut ke kota. Pada tahun
1790 di kota-kota berdiam 3,4% dan di desa-desa 96,6 % penduduk dari total
seluruh penduduk, dan pada tahun 1920 menjadi 51% dan 49%, salah satu contoh
(data) yang membuktikan secara nyata pada kita perihal kemajuan kota-kota
Amerika, sebagai akibat kemajuan industrialisasi (The Relation Government to Industry, M.L Reg ua). Pun, kapitalisme
di Indonesia tidak dilahirkan oleh cara produksi bumiputra, melainkan
dipergunakan untuk kepentingan asing.
Aksi
massa merupakan perwujudan atas merubah keadaan sosial rakyat Indonesia. Dimula
dengan suatu kemelaratan dan kegelapan suatu masyarakat itu sendiri. Biasanya,
untuk masyarakatnya sendiri terbebani dengan pajak dan yang menjadi buruh
justru diupah dengan gaji yang minim. Sampai saat ini pun Indonesia masih belum
mengenal hak atas kepemilikan yang kita (Indonesia) miliki. Kelaliman dan
perbudakan sering terjadi, pun dengan aspirasi rakyatnya yang tidak didengar.
Sangat terlihat ketimpangan sosial di
Indonesia, ketika dahulu keuntungan besar dari gula, minyak, karet, kopi, teh
dan lain-lain mengalir ke Eropa (Belanda). Indonesia hanya dijadikan alat hisap
untuk Belanda menanamkan kekayaan. Politik pun masih belum kepemilikan untuk
masyarakat umum. Seyogyanya ketika dalam rapat mempunyai hak yang sama antara
lelaki dan perempuan. Hanya undang-undanglah yang berkuasa. Dewan rakyat pun
tidak dapat memiliki peran perwakilan untuk rakyat banyak.
Dengan
itu, maka akan terjadinya Revolusi. Namun, revolusi Indonesia berbeda dengan
yang lain. Menentang feodalisme dan kelaliman jajah oleh bangsa Belanda yang
menindas dan menghina mereka. Pada umumnya bangsa Indonesia tampak modern
dengan kapitalismenya, namun kuno dengan secara pikirannya. Putch, suatu aksi gerombolan kecil dan
tak berhubungan dengan rakyat. Aksi seperti ini tidak akan ada hasilnya.
Dibutuhkan aksi massa yang terencana akan memperoleh kemenangan. Tidak mengenal
fantasi kosong dan ini berasal dari orang banyak yang menyadari bahwa
kemelaratan semakin besar dan siap mengalami (suatu) kekerasan. Dengan aksi ini
perjuangan kita dapat dijaga, pemimpin boleh berjalan sekian jauh menurut kepatutan yang perlu.
Membutuhkan pemimpin yang revolusioner, cerdas, tangkas, sabar dan cepat. Pun
menguasai mengenai wawasan sosial politik.
Berdirinya
BO, NIP dan SI merupakan upaya-upaya pra kemerdekaan. Kesatuan dalam aksi masih
belum tercium aromanya dalam upaya memerdekakan Indonesia. Memiliki kepentingan
masing-masing. Dalam aksi –massa yang konsisten atas- kita tidak dapat dibatasi
seperti halnya memerdekakan Indonesia. Lebih dari hal itu, aksi massa dalam
memiliki rasa tanggung jawab terhadap Indonesia pun penting. Ini merupakan
lanjutan dari aksi massa bagaimana kita dapat (benar-benar merdeka)
mensejahterakan masyarakat Indonesia tanpa ketergantungan (secara kolot) dengan
bangsa lain (Belanda khususnya). Tetapi,
dalam hal menuntut ilmu di negeri Belanda (barat) tidak masalah. Memang harus
diakui bahwa sistem pendidikan disana sangat baik.
Teruntuk
kaum revolusioner harus mempersiapkan barisan secepatnya, dalam menanggapi
kasus-kasus yang terjadi. Tunjukkan bahwa merdeka ialah bukan hanya sekadar
kata yang terucap dari mulut. Merdeka ialah ketika dapat menyampaikan materi
dan ide, kebuktiannya dalam mencintai negaranya agar dapat merdeka secara
hakiki. Bagaimana kalau kita yang merupakan angkatan revolusioner? Bersiap,
kita tuntun massa yang rugi-dirugikan (karena ketidakadilan pemerintah) untuk
merapat dalam panji revolusioner dan menghadang autokratis (dan sejenisnya).
Karena aksi massa akan terjadi karena kepentingan bersama dan memiliki perasaan
yang sama. Jaga tanah air ini, dengan segala yang kita miliki hingga jiwa
taruhannya. Rapatkan barisan, karena dengan bersama akan menjadi kokoh dan
massif dalam menuntut kemerdekaan yang hakiki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar